Matematika GEMBIRA

Matematika GEMBIRA adalah inisiatif penting dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Indonesia untuk meningkatkan kemampuan numerasi masyarakat. Numerasi diartikan bukan sekadar kemampuan berhitung, melainkan fondasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan terstruktur—keterampilan hidup penting dalam menghadapi tantangan abad ke-21.

Inisiatif ini bertujuan untuk mengatasi rendahnya skor numerasi murid Indonesia, yang salah satunya terukur melalui Programme for International Student Assessment (PISA).

Matematika GEMBIRA dirancang untuk membuat pembelajaran matematika menjadi interaktif, kreatif, dan menyenangkan, sehingga murid termotivasi dan tidak lagi merasa takut (momok) terhadap pelajaran berhitung. Program ini menggunakan alur pedagogis yang terdiri dari lima tahapan utama, disingkat GEMBIRA:

  • Gali dan Eksplorasi: Tahap awal ini mendorong murid untuk menemukan atau menggali konsep dari pengalaman sehari-hari atau konteks nyata.
  • Muat konten: Guru menyajikan materi atau konsep matematika yang relevan dengan hasil eksplorasi murid.
  • Buat aktivitas: Murid diajak untuk menciptakan kegiatan atau memecahkan masalah yang melibatkan konsep yang baru dipelajari, biasanya melalui permainan atau eksperimen.
  • Ikuti pemikiran murid: Guru memantau dan menanggapi alur pemikiran murid, memfasilitasi diskusi, dan membantu menjembatani pemahaman dari yang informal ke formal.
  • Rayakan dan Akhiri pembelajaran: Guru memberikan umpan balik positif (merayakan) upaya dan pencapaian murid, lalu menyimpulkan serta mengaitkan pembelajaran dengan karakter seperti berlogika dan kepekaan sosial.

Contoh penerapan pada etnomatematika melalui jajanan tradisional adalah sebagai berikut:

  1. Gali dan Eksplorasi
    • Guru meminta murid membawa/mengamati jajanan tradisional dan berdiskusi.
    • Guru bertanya: “Coba tunjukkan, kue mana yang bentuknya seperti atap rumah?” atau “Kue mana yang bisa dibagi dua sama besar?”
  2. Muat Konten
    • Guru memformalkan temuan murid dari jajanan.
    • Jika murid mengamati kue wajik, guru mulai mengajarkan definisi, sifat, dan rumus jajaran genjang.
    • Jika murid mengamati kue lapis, guru memperkenalkan konsep pecahan atau lapisan (volume/luas permukaan).
  3. Buat Aktivitas
    • Murid membuat cetakan atau memotong kue menjadi bentuk-bentuk tertentu seperti persegi, segitiga dan lainnya.
    • Murid menghitung keliling jajanan berbentuk segitiga menggunakan benang, lalu membandingkannya dengan jajanan lain.
  4. Ikuti Pemikiran Murid
    • Guru mengamati cara murid memotong atau menghitung. 
    • Ketika ada murid yang membagi kue lapis tidak sama rata, guru tidak langsung menyalahkan, tetapi bertanya: “Mengapa kamu membagi kue lapis menjadi lima bagian yang tidak sama besar? Apakah itu pecahan?”
    • Guru memfasilitasi diskusi tentang kesamaan dan perbedaan konsep.
  5. Rayakan dan Akhiri Pembelajaran
    • Murid mempresentasikan hasil potongan/perhitungan mereka dan mendapatkan pujian (merayakan upaya yang telah dilakukannya).
    • Guru menyimpulkan: “Ternyata bentuk-bentuk geometri itu ada di sekitar kita, bahkan pada jajanan favorit kita!
    • Sekarang, kalian sudah lebih teliti dalam melihat bentuk dan berpikir logis.
    • Kue tersebut kemudian dimakan (sebagai penutup pembelajaran yang menyenangkan).

You may also like...